Pola-pola Hereditas pada Mahkluk Hidup

Halo teman-teman ebiosma, apa kabar semuanya kali ini ? Semoga semua selalu sehat, selamat dapat rahmad dan juga dapet berkah. Dan tentunya masih tetap dan terus tambah  semangat belajar nya...

Pada materi sebelumnya anda telah memahami bagaimana prinsip pewarisan sifat yang menganut hukum Mendel 1 dan hukum Mendel 2.

Namun pada kenyataan kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan hal-hal, kejadian-kejadian berkaitan dengan pewarisan sifat pada mahkluk hidup yang berbeda dengan apa yang telah "dihukumkan" oleh Mendel. Akan tetapi, secara prinsip hal itu tidaklah menyimpang jauh dari temuan Mendel sehingga akhirnya kejadian-kejadian tersebut dinamakan sebagai bentuk Penyimpangan semu hukum Mendel.

Nah..dalam postingan kali ini , kita akan membicarakan tentang penyimpangan semu hukum Mendel, pautan, pindah silang dan gagal berpisah.

Oke..kita mulai ya....

Bagaimana pola-pola pewarisan sifat yang menyimpang dari hukum Mendel ?

Penyimpangan semu hukum Mendel ditandai dengan berubahnya angka rasio/ perbandingan fenotipe keturunan sehingga tidak sesuai dengan hukum Mendel. Perbandingan fenotipe dapat berubah, namun prinsip dasar dari cara pewarisan tetap sesuai dengan prinsipprinsip Mendel. Jenis-jenis penyimpangan semu hukum Mendel sebagai berikut.

1. Epistasi dan Hipostasis

Epistasi dan hipostasi merupakan interaksi dari beberapa gen yang bersifat saling
menutupi satu sama lain. Gen yang bersifat menutupi disebut epistasis, sedangkan gen yang bersifat tertutupi disebut hipostasis. Ada tiga macam epistasi dan hipostasi yaitu epistasi dominan, epistasi resesif, serta epistasi dominan dan resesif.

a. Epistasi Dominan

Epistasi ini terjadi apabila ada satu gen dominan yang bersifat epistasis, misal
pada warna labu. Persilangan pada epistasi dominan menghasilkan F2 dengan
perbandingan fenotipe = 12 : 3 : 1.

b. Epistasi Resesif

Epistasi ini terjadi apabila terdapat gen resesif yang epistasis terhadap gen dominan lain yang tidak sealel, misal pada warna rambut tikus. Persilangan pada epistasi resesif menghasilkan F2 dengan perbandingan fenotipe = 9 : 3 : 4.

c. Epistasi Dominan dan Resesif

Epistasi ini terjadi apabila terdapat dua gen epistasis, gen dominan dari pasangan gen I epistasis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya dan gen resesif dari pasangan gen II juga epistasis terhadap pasangan gen I, misal pada warna rambut ayam.
Persilangan pada epistasi dominan dan resesif menghasilkan F2 dengan perbandingan fenotipe = 13 : 3.

2. Polimeri

Polimeri merupakan interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah). Polimeri terjadi karena adanya interaksi antara dua gen atau lebih sehingga disebut gen ganda.
Contoh polimeri terjadi pada tanaman gandum berbiji merah yang disilangkan dengan tanaman gandum berbiji putih menghasilkan tanaman yang menghasilkan gandum dengan warna yang beragam. Persilangan pada polimeri ini menghasilkan F2 dengan perbandingan 15 : 1.

3. Kriptomeri

Kriptomeri merupakan peristiwa munculnya suatu karakter baru oleh gen dominan
apabila bersama-sama dengan gen dominan lainnya. Apabila gen dominan berdiri
sendiri, karakternya akan tersembunyi (tidak akan tampak). Contoh kriptomeri terjadi pada persilangan tanaman Linnaria maroccana berbunga merah dengan Linnaria maroccana berbunga putih dihasilkan F1 seluruhnya berwarna ungu. Apabila terjadi persilangan antara F1 dengan F1 menghasilkan F2 dengan perbandingan = 9 : 3 : 4.


4. Atavisme (Interaksi Atargen)

Atavisme merupakan interaksi dari beberapa gen yang mengakibatkan munculnya
suatu sifat yang berbeda dengan sifat induknya. Misalnya pada perkawinan antara
ayam berpial gerigi (rose) dengan ayam berpial biji. Pada F1 tidak menyerupai salah satu induknya. Pada F2 mempunyai perbandingan = 9: 3: 3: 1, namun muncul dua sifat baru yaitu pial sumpel (walnut) dan pial bilah.



5. Gen-Gen Komplementer

Gen komplementer merupakan interaksi gen yang saling melengkapi satu sama lain. Jika satu gen tidak muncul, sifat yang dimaksud juga tidak akan muncul. Pada bunga Lathyrus odoratus terdapat dua gen yang saling berinteraksi dalam memunculkan pigmen warna bunga.
Gen C: penghasil pigmen warna ; 
Gen c: tidak menghasilkan pigmen warna; Gen P: penghasil enzim pengaktif; Gen p: tidak menghasilkan enzim pengaktif

Warna bunga hanya akan muncul apabila terjadi interaksi gen penghasil pigmen dengan gen penghasil enzim. Jika kedua gen tersebut tidak bertemu, warna bunga yang terbentuk adalah warna putih. Perbandingan fenotipe F2 pada penyimpangan ini adalah 9 : 7.


Pautan Gen
/ gene linkage

Pautan gen adalah beberapa gen yang terletak dalam kromosom yang sama dan pada saat proses pembentukan gamet, gen-gen tersebut saling berkait atau berikatan. Peristiwa tersebut disebabkan karena gen-gen terletak pada lokus yang berdekatan dalam kromosom.

Pautan non seks

Terjadi jika gen-gen mengalami pautan pada kromosom autosom

Pautan Seks/ sex linkage

Terjadi jika beberapa gen terdapat dalam kromosom kelamin. Kromosom kelamin dibedakan atas kromosom X dan kromosom Y.

Contoh peristiwa pautan seks terdapat pada penentuan warna mata Drosophila melanogaster, penentuan warna rambut kucing kaliko, dan penentuan warna bulu ayam.

Pindah Silang / crossing over

Pindah silang merupakan pemisahan dan pertukaran bagian kromatid dari sepasang kromosom homolog. Akibat adanya pindah silang dihasilkan keturunan tipe parental dan rekombinan.

Besar nilai pindah silang (NPS) dapat ditentukan dengan rumus berikut:

Gen letal

Gen letal adalah gen yang dapat mengakibatkan kematian apabila dalam keadaan
homozigot. Ada dua macam gen letal, yaitu gen letal dominan dan gen letal resesif.
Contoh gen letal dominan yaitu peristiwa ayam “creeper”, tikus kuning, dan penyakit brakidaktili pada manusia. Contoh gen letal resesif yaitu peristiwa tanaman jagung berdaun putih dan penyakit ichthyosis congenital, hemofili  pada manusia.

Gagal Berpisah

Gagal berpisah merupakan peristiwa gagalnya satu atau lebih kromosom untuk
berpisah pada saat terjadi pembelahan meiosis I maupun meiosis II. Gagal berpisah mengakibatkan sel anak kelebihan atau kekurangan kromosom. Contoh peristiwa gagal berpisah terjadi pada pengidap sindrom Turner dan Klinefelter.

Demikian tadi uraian mengenai pola-pola hereditas pada mahkluk hidup..Sudah bisa memahaminya kan ?

Posting Komentar

0 Komentar